Translate

Senin, 20 Agustus 2012

Lima Ekor Anak Kucing


Ngeong…! Suara Kucing itu pelan. Ia baru saja melahirkan lima ekor anak laki-laki yang sangat lucu-lucu sekali. Bulunya berwarna-warni, ada yang belang abu-abu, orange, putih, hitam dan emas. Anak-anaknya diberi nama Kaka, Kuku, Kiki, Keke, Koko.
Mereka tinggal di dalam gudang rumah Eza. Ibu kucing sedang menyusui kelima anaknya yang lucu-lucu itu.
“Bu, aku lapar.” kata Kaka.
“Kita juga lapar bu.” sahut keempat adik Kaka.
“Sabar ya nak, sakarang masih sore.” Jawab Bu Kucing.
“Memangnya kenapa bu?” Tanya Kiki anak ke-3.
“ Soalnya tikus-tikus masih sulit ibu tangkap, karena mereka sangat cepat dan lincah larinya. Kalian minum susu ibu saja dulu.”
Malam pun datang. Bu kucing sudah siap memburu tikus untuk kelima pandawa anaknya. Langkah demi langkah Bu bucing berjalan, pelan sekali. Sambil menengok kanan kirinya barang kali ada tikus yang muncul. Bu kucing masuk ke lemari bekas yang sudah terbuka. Ternyata ada 2 ekor tikus. Dengan cakar yang kuat dan taring yang tajam, 2 tikus langsung mati seketika. Satu untuk anaknya dan satunya lagi untuk dirinya sendiri.



“Hore…asyik…ibu bawa makanan.” teriak kelima anaknya.
“Jangan berebut ya.” ucap Bu Kucing. Mereka makan dengan lahap. Setelah selesai makan mereka langsung tidur.
Setelah seminggu, sekarang anak-anaknya ingin berlatih mencari makanan sendiri. Koko si bungsu juga berlatih berburu, ia mendapatkan tikus yang lebih besar dari ukuran tubuhnya. Terkaman Koko belum sekuat ibunya, gigitannya juga belum kuat. Hal ini membuat tikus itu bisa lepas, bahkan ia menyerang balik Koko.
Ngik..ngik..ngik ! Koko kesakitan. Tikus itu menggigit lehernya. Untung saja keempat saudaranya si Kaka, Kiki, Kuku dan Keke melihatnya.
“Koko!” teriak saudaranya khawatir.
Kuku mencoba melepaskan gigitan tikus itu. Sedang Keke mengigit dan menarik kaki tikus. Kiki dan Kaka menarik adiknya yang sudah kesakitan.
“Kamu tak apa-apa Ko?” tanya Kiki.
“Leherku sakit sekali.” jawabnya.
Leher Koko berdarah. Ia sangat lemas. Kemudian Koko dibawa ke rumahnya (gudang). Bu Kucing kaget dan sedih melihat Koko yang terluka. Ia membalut luka dilehernya.



“Maafkan ibu, serharusnya ibu saja yang berburu mencari makan.”
“Ini bukan salah ibu. Lain kali kita harus lebih hati-hati dalam berburu.” ujar Kaka.
“Betul apa kata Kaka.” sahut Keke dan Kuku.
“Ya sudah. Sekarang kalian semua tidur saja, biar ibu yang menjaga Koko.”
Besoknya. Bu kucing dan anak-anaknya kecuali Koko pergi mencari makan seperti biasa. Namun mereka tidak menemukan satu ekor tikus pun. Mereka jadi sangat kelaparan.
“Dimana Kuku?” tanya Bu kucing pada ketiga anaknya.
“Aku tidak tahu Bu.” Jawab Kaka. “Bukannya tadi denganmu Keke?” lanjutnya.
“Iya, tapi tadi kita berpisah ketika pergi dari dapur.”
Bu kucing khawatir kalau Keke mencuri makanan di dapur rumah Eza. Kalau benar terjadi, maka akan dibuang ke hutan oleh Eza.
“Bu! Aku bawa makanan!” teriak Kuku gembira.
“Dari mana makanan itu Kuku?” tanya Bu kucing dengan nada keras dan cemas.
“Aku ambil di lemari makan Eza.” jawab Kuku ketakutan.



“Ibu sudah bilang, jangan mengambil makanan di rumah ini. Soalnya kalau sampai Eza atau keluarganya tahu, nanti kita akan di buang ke hutan. Sekarang kembalikan ikan itu Kuku!”
“Tapi kita kan lapar bu?” ucap kuku memelas.
“Nanti kita cari makan di pasar saja.” kata Bu kucing.
Tapi semua sudah terlambat. Eza sudah mengetahui kalau ikannya telah dicuri kucing-kucing itu. Semua kucing dimasukan ke dalam karung. Bu kucing dan anak-anaknya tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka di bawa ke hutan dan di buang.
Satu persatu kucing itu keluar dari karung. ”1,2,3,4..?” Bu kucing menghitung anaknya. Ternyata cuma ada 4 ekor anak kucing. Lalu dicari lagi dalam karung, tapi tetap tidak ada. Ternyata ia ingat kalau Koko yang masih sakit masih berada di rumah Eza.
“Anak-anaku, kita harus kembali ke rumah mencari Koko.”
“Tapi kan rumahnya jauh sekali Bu.” ujar Kiki.
“Tidak apa-apa, nanti kita bisa naik kendaraan saat di jalan raya. Ayo kita berangkat sekarang Nak!” ajak Bu kucing.



Mereka segera pergi ke rumah kembali meski sangat jauh. Untungnya ada mobil bak yang lewat, sehingga mereka loncat dan ikut bersama mobil bak itu menuju rumah Eza. Sayang sekali pintu rumah itu terkunci. Kaka, Kiki, Kuku dan Keke masuk lewat jendela. Bu kucing tak bisa masuk karena tak cukup jendelanya.
“Aduuh!” teriak Kuku karena ekornya terjepit jendela.
“Husttt! jangan berisik.” kata Kaka. “Kita harus berpencar. Aku dan Kiki ke gudang, Keke dan Kuku Ke dapur.”
Mereka mencari kesetiap sudut ruangan tetapi tak menemukan Koko juga. Kemudian terdengar suara dari kamar Eza.
Ngeong, ngeong…!
Ternyata Koko di bawa ke kamar Eza karena merasa kasihan mendengar suara Koko yang sendirian di gudang. Keempat anak kucing itupun menddekati Koko. Eza sadar kalau kucing juga tak bisa pisah dengan keluarganya. Akhirnya Eza memutuskan membuatkan rumah kucing dan memberi makan setiap hari. Bu kucing dan kelima anaknya merasa senang sekali karena mereka sekarang berkumpul semua.
Hore hore hore !!! teriak semua kucing tertawa riang.

Karya: Lukman Hakim
Lukman Hakim [loq_haq9 @yahoo.co.id]

Pesan Untuk Pengunjung

Jangan lupa sholat, beramal sholeh, dan zakat - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Ilmu tidak bisa di dapat dengan badan yang santai

Asal Negara Pengunjung